Wednesday, July 1, 2009

Blog Kelindas Facebook?

Teman saya si Gentole mengeluh; "Fesbuk itu nge-distract. Temen-temen blogger gw jadi jarang posting."

Maksudnya dia ya nyindir saya juga. Dan saya juga tiba-tiba nyadar, blog ini semakin sepi. Sama seperti Gentole, blognya juga semakin sepi (dengan level berbeda tentunya, dia sih dari 100 komen per hari jadi 20 per hari, dasar orang terkenal hehehe piss Gen). Tapi apa benar gara-gara fesbuk? Blognya dia, misalnya, baru saja pindah ke segmen yang lebih serius, yang mungkin mengagetkan pembacanya. Sedangkan saya, mungkin karena tulisan yang jelek dan semangat posting sebatas hangat-hangat tahi ayam; maksudnya, frekuensi tidak jelas dan jarang pula.

Tapi memang teman-teman blogger saya juga pada menghilang. One by one. Mungkin benar kata Gentole; "di fesbuk, status aja dikomen...", dan teman saya yang lain, Yosie, juga bilang; "posting kok di blog, di notes dong, biar seru". Himawan sempat berinovasi dengan mempublikasikan blognya di fesbuk, dan mengeset notesnya untuk selalu mem-publish posting baru di blog. Tapi beberapa hari yang lalu saya lihat statusnya di fesbuk tentang niat istirahat ngeblog. Mungkin karena kesibukan atau apa, cuma Tuhan dan dia yang tahu. Seperti saya, dia juga bukan heavy fesbuker, jadi saya gak percaya dia beralih ke fesbuk. Tapi kok pengumumannya di fesbuk, bukan di blog? Ada lagi si Mona. Kadang posting di blog. Kadang di notes. Saya nggak tahu sampai sekarang kategorinya apa; what makes a post deserve to be in notes or blog. Mungkin Mona mau tampil seimbang dan gak pilih kasih hehehe

Gara-gara celetukan Gentole itu, saya jadi nyadar, ternyata di situ toh sisi "kapitalis"-nya fesbuk. Baru-baru ini saya baca kalau fesbuk, twitter, dan sejenisnya, adalah salah satu bentuk sosialisme dan komunisme baru. Semua orang ngelakuin hal-hal komunal; ngebentuk kaukus di fesbuk, ngumpulin massa di twitter, protes lewat fesbuk, sampai nyatuin informasi dengan wiki. Bentuk sosialisme baru ini bukan hanya karena fesbuk dan twitter, tapi karena internet, produk si kapitalisme sendiri. Fesbuk udah sukses membantu menggalang dukungan pembebasan Ibu Prita. Tapi, di sisi kapitalisnya, fesbuk seperti supermarket serba ada yang mematikan usaha warung-warung sekitar. Chat, foto, share status, notes, kaukus, fan page, dll, yang tadinya disediakan oleh masing-masing "warung" website berbeda, sekarang ada di fesbuk.

Jadi bagaimana website-website itu mau survive? Dari warung-warung yang saya lihat, belum ada yang bisa survive kalau ada supermarket atau mart di sekitarnya. Biasanya pada ganti ke bisnis lain; laundry atau tempat makan. Di sini analogi warung gak bisa dipakai lagi buat blog, jadi saya juga gak tau solusinya. Cuma saya masih kepikiran, jangan-jangan perubahan yang dibawa internet bukan menuju kultur "we are all writers" seperti prediksinya Milan Kundera, yang dijadiin header blognya Gentole, tapi justru ke tradisi "we are all status updaters, or tweeters"?


9 comments:

  1. hehe...brasa ya al, gmn pengaruh pesbuk tu ke blogger. sjujurny emang udah 2 bulan ini gw sndiri ga nge-update blog gw T_T

    tapi bukannya brarti skrng gw pindah ke pesbuk, lho! buktiny smua postingan di pesbuk gw (notes dsb) ga ada yg asli tulisan gw. ga kayak di blog. bahkan, gw sama skali ga kpikiran buat mindain blog k pesbuk (walowpun di pesbuk jg ada blog)

    prinsip gw dr dulu gw nulis buat dibaca (bahkan meski cuma gw sndiri yg baca :D) bukan dikomen. so bkn krna di pesbuk rame komen trus gw lari k sana :p actually, there r reasons why i stop writing on my blog 4 a while..

    cheers up, girl! we are all (still) writers right?! i hope we always be...

    ReplyDelete
  2. oh baiklah bem, tnyt jarang ngisi blog bukan brarti pindah k fesbuk ya:p

    gw ngambil kesimpulan gitu krn gw sendiri jadi lebih sering buka fesbuk drpd blog. lagian, temen2 blogger gw emang pada sepi nih

    makanya, posting lagi dong pada...:p

    ReplyDelete
  3. Bukan karena sepi komen aja si al. Tapi karena emang gak ada post baru yang pelru dikomentarin. baca postingan baru dari temen-temen blog itu menyenangkan. Karena emang menarik.

    Fesbuk bisa jadi ngelindes blog. Karena emang distracting (kantor JP, btw, udah ngeban fesbuk dari jam sembilan ampe jam lima kalo enggak salah :D). Orang itu nulis buat katarsis. Kadang gak perduli juga tulisannya makes sense atau enggak; yang penting dah ketulis. Nah, dengan menulis status, kadang kita sudah merasa puas, sudah merasa menuliskan semuanya. Apalagi ini zaman internet, shorter, better, faster, better. Eh, tapi kok pada milih nomor dua yah? Penetrasi internet belum luas ternyata. Hehehehehe...

    Si Gentole

    ReplyDelete
  4. waaah.. gw jg jadi ngerasa sih.. ada pesbuk, lapak gw sempat terbengkalai... hahahaha

    ReplyDelete
  5. @gentole: tapi bagi yg nulis untuk narsis, terang aja gampang pindah k fesbuk, krn lebih cocok wadahnya. mm..gw masuk yg mana ya... :p

    @andrey: hahah yg rajin update status jd ngerasa kesindir ya? makanya update blog dong :D

    ReplyDelete
  6. Facebook, bagi kita yang sok-setia sama blog, sekedar perpanjangan tangannya blog.

    Temen2 di FB, yang biasanya nggak sadar Hning punya blog, jadi pada tau dan bisa interaksi dari situ (kecuali mereka begitu sengitnya sama Hning sampai diilangin dari newsfeed, itu cerita lain..hohoho).

    Sebaliknya, "fans" blog yang pengen interaksi lebih ringan bisa ketemu di FB, misalnya untuk organisir event atau cekikikan ga perlu. :D

    Ngomong2, teman Alia, si Gentole, sepertinya ga aktif dimana-mana, apa iya?

    ReplyDelete
  7. "ga aktif di mana2" maksudnya ga punya facebook, friendster, my space, atau twitter ya, mba hning?(mba hning apa alia nih? hehehe). ya setau saya sih begitu :p

    dan biasanya "status ga perlu" itulah alasan orang-orang seperti gentole untuk ga aktif :D

    lebih lanjut tanya orangnya aja, mba. takut dilempar sepatu sm orangnya :p

    ReplyDelete
  8. halo! aku juga kehilangan teman ngeblog sejak ada fesbuk :( aku tetep nulis diblog - terus aku copy paste di notes. Bukan apa-apa, karena menurutku blog-facebook sama-sama alat. yang penting tetep nulis.

    aku selalu menganalogikan blog sebagai rumah - fesbuk sebagai pasar. di rumah kita nyaman melakukan apa saja, menyimpan banyak hal, sifatnya tenang & kontemplatif. di pasar, kita bersua dgn teman-teman, sesekali menyapa, sesekali menunjukkan apa yg baru di rumah kita :D

    ReplyDelete
  9. welcome, okky :)

    analogi yg bagus tuh. tapi kl emang rencananya 'not for sale', boleh kan? :)

    ReplyDelete