Sunday, September 5, 2010

“T” sampingan*

Awalnya karena sedang diliputi mood anti-sosial, saya menutup wall facebook saya untuk umum. Tapi ternyata yang saya lakukan itu bisa jadi eksperimen yang akan mematahkan teori infotainment-esque facebook-nya M, teman saya yang juga blogger/calon akademisi (ciyeeh, M… :p)

Baiklah, silakan menikmati eksperimen ngaco saya.

Latar belakang:

birthday-monkey Hingga hari ulang tahun saya, wall tetap saya tutup. Padahal info tanggal ultah tidak saya sembunyikan. Berarti akan ada orang yang mampir ke profil saya untuk menulis selamat di wall, tapi tidak bisa melakukannya karena wallnya saya tutup.

Saya pikir, dengan wall ditutup, teman-teman facebook akan mengurungkan niatnya untuk ngasi selamat. Saya setuju dengan teorinya M, bahwa seseorang nulis sesuatu di wall orang lain cuma karena pengen dilihat sebagai orang yang perhatian. Kalau niat ngucapin, mereka bakal meng-sms atau nelpon. Lagipula saya sibuk. Saya tidak punya waktu untuk membalas semua ucapan selamat itu satu-satu (iya benar, kalau tidak mau dikasih selamat, harusnya disembunyikan aja info ultahnya. Ternyata saya masih narsis untuk urusan ulang tahun). Saya juga sering malas nulis selamat ultah di wall teman belakangan ini, kecuali teman yang benar-benar dekat atau yang akan benar-benar senang menerima ucapan dari saya (ucapan dari orang-orang dalam lingkaran terdekat lebih berarti bukan? tapi ada juga teman dekat yang tidak suka dikasi selamat ultah). Jadi, saya pikir nggak ada orang yang mau ngucapin ke saya sebagai balasannya.

Hasilnya, tidak seperti dugaan saya, teman-teman menemukan berbagai cara untuk memberi selamat selain di wall. Dan akhirnya saya memasang status tentang ulang tahun, untuk memberi mereka kesempatan ngucapin selamat dengan mengkomen status tsb. Ohya, fitur komen untuk status dan foto masih saya buka. Karena saya suka dikomenin dan suka mengkomen status dan foto orang. Bisa jadi tempat diskusi menarik soalnya.

Metode: kuantitatif (maka jelas ngaco, saya nggak pernah pake kuantitatif soalnya)

Variabel independen: wall, info tanggal ultah

Variabel dependen: ucapan selamat ultah

Tindakan: menutup wall, meng-ekspos tanggal ultah

Lingkungan/situasi: status dan foto saya bisa dikomen. Saya kadang-kadang mengkomen status/foto teman, frekuensinya kira-kira… hm, saya gak bisa bilang dengan pasti. Sangat tergantung pada status teman yang menarik dibahas atau ada foto baru yang lucu atau lagi ada rencana kumpul-kumpul. Setiap orang juga bisa mengirimi saya message. Ohya, saya punya 600-an teman, dan seperti facebook semua orang, terdiri dari lapisan-lapisan sahabat, teman dekat, teman tidak dekat, kenalan, sedikit teman blogger yang saya tidak pernah ketemu—itupun masih temannya teman, dan sedikit sanak famili.

Hipotesis: dengan tanggal ultah diekspos dan wall ditutup, maka jarang yang akan ngucapin met ultah karena orang-orang cuma mau ngucapin di wall biar ketahuan kalo mereka perhatian.

Ohya, ada tindakan tidak terduga, bisa disebut gangguan atau apa ya… yaitu saya akhirnya memasang status ultah yang bisa dikomen kira-kira jam 12.30 siang, yang tentunya jadi tempat curahan ucapan selamat. Wallnya tetap saya tutup.

Hasil:

Ucapan selamat yang saya terima ada di mana-mana:

19 di inbox, 1 di antaranya dikirim jauh setelah status jam 12.30, dan 2 diulang lagi dengan mengkomen status 12.30

1 lewat komen di status fesbuk saya terakhir (sebelum saya jadi anti-sosial, yaitu setelah final world cup, bulan juli, ckckck…), dan diulang di komen status 12.30

4 lewat twitter, 2 di antaranya diulang di komen status 12.30 (saya bukan pemakai twitter berat. cuma ada 16 teman di facebook yang saya follow dan mem-follow saya di twitter)

1 men-tag saya di status facebook-nya, ditambah 2 orang mutual friend yang “nebeng” komen di statusnya itu untuk nyelametin saya

3 lewat komen di status/foto yang pernah saya komenin

dan akhirnya, 26 komen di status 12.30 (ini termasuk ucapan yang diulang)

Jadi, kesimpulannya, hipotesis saya salah, karena ada 19 orang yang bela-belain ngucapin selamat di inbox yang tersembunyi dari publik itu. Jumlah yang nggak jauh beda dengan yang di komen yang terekspos ke publik.

Kelemahan:

  1. Teori infotainment-esque facebook merujuk pada ucapan belasungkawa atas musibah bencana alam di wall. M memberikan penjelasan yang masuk akal mengapa ucapan seperti itu tidak pantas dan doesn’t work di wall facebook: karena sifatnya lebih urgent, dan orang yang kena bencana belum tentu segera mengakses facebook. Sedangkan ucapan selamat ultah (dan selamat-selamat yang lain) sudah menjadi lumrah untuk ditulis di wall saja. Banyak orang yang menulis ucapan selamat di wall and they really mean it.
  2. Pilihan untuk menulis ucapan selamat di manapun selain wall; comment, inbox, status, bisa saja karena alasan lain. Misalnya, sebagai orang yang pengen tampil beda, saya tidak mau berada di kolom yang sama dengan orang lain yang mengkomen status untuk mengucapkan selamat. Atau saya enggan mengirim message karena merasa inbox terlalu private dan penting untuk ucapan selamat ulang tahun saja.
  3. Teman-teman yang mengulang ucapannya di komen status 12.30 (setelah ucapan di inbox, twitter, komen foto dll) lebih fokus pada mengomentari status saya daripada sekedar mengucapkan selamat. Saya tulis pendapat saya tentang being 28, dan pendapat inilah yang dikomentari teman-teman saya itu. Jadi, bukan berarti mereka mengulang ucapannya karena mau show off.
  4. Saya rasa tingkat kedekatan juga ngaruh. Saya pernah membatalkan ucapan selamat ultah karena si teman itu menutup wall-nya, tapi lebih karena dia bukan teman dekat (baru ketemu 3-5 kali, dan sepertinya tidak akan ketemu lagi), dan saya segan menginvasi inbox-nya cuma untuk ucapan selamat ultah. Lagian, teman-teman saya yang ngucapin di tempat yang lebih terekspos publik justru yang biasanya jarang aktif di facebook, dan sebaliknya sebagian yang di inbox justru biasanya ekstrovert.

Jadi pada akhirnya, itu cuma statistik. Saya tetep senang dengan semua ucapan itu. Lain kali, saya janji akan lebih rajin ngasi selamat. Bukan karena terpaksa atau mau pamer atau bales budi, tapi karena buat sebagian orang ucapan ulang tahun memang penting. Dan lain kali kalau gak mau nerima ucapan selamat, harusnya info ultah disembunyiin aja (yeah everyone knows that but me)..

*andai tesis saya segampang dan sesingkat ini

12 comments:

  1. suka bagian terkahirnya..he he
    hmmm bisa jadi ide penelitian berikutnya tu al.
    btw, soal mengucapkan selamat ulang tahun, belakangan saya juga mengalami hal yang sama..kalo ga dekat juga malas banget ngucapinnya..kok kesannya ga tulus ya..daripada-daripada mendingan2 ..
    tapi on your day kemaren yang di komen memang statusnya bukan ultahnya :P
    jadi kapan kita ketemuaan?

    ReplyDelete
  2. there's allways paradox in statistics. Much is nothing, less is better.

    ReplyDelete
  3. hesty:
    hahaha, iya hes, kadang status ultah emang mengundang orang jadi ngucapin selamat, tapi moga2 nggak kepaksa :p tapi makasi komennya, i think i like the status, too (narsis he3)
    kalau ide penelitian berikutnya, mungkin harus lebih canggih lagi, bukan culun gini :)
    hesty masih lama di padang? skrg al msh di jkt nih. i'll contact you when i'm there

    himawan:
    i'm never good at statistics, but i used to love stat-based research. dulu segitu kagumnya sama freakonomics yang sangat empiris itu. tapi skrg kok saya jadi lebih postmo he3

    ReplyDelete
  4. i forgot ur birthday :)
    happy birthday ali..,emangnya enak jadi 28:p

    ReplyDelete
  5. thanks doe.
    enak kok. setelah gw pasang status, jadi bnyk yg gak sabar pengen umur 28 :p

    ya kan hes :))

    ReplyDelete
  6. I think post-modernism merely intellectual fraud that ends with nihilistic and self-centered value. It's arguments never had a firm ground, but rethorical sophistication based on bourgeois idiosyncratic's life style.

    ReplyDelete
  7. HP, u're so right. postmo shows me limitation of modernism, but gives no solution either. it's a feast to the mind, yet hasn't defeat modernism at all. it's only fun to play with
    *u said that with more sophisticated words :p

    ReplyDelete
  8. sebenarnya sabar ga sabar siy al..
    but, every moment always has it's own curiosity..
    but to be honest, status kemaren itu memang memberikan gambaran yang berbeda tentang memasuki usia yang matang..

    ReplyDelete
  9. btw juga al,
    bung hp selalu bisa memberikan kata yang berbeda dan lebih berkelas ya untuk pemikiran yang seringkali sama..he het

    ReplyDelete
  10. i know what you mean. behind those flowery and brave words of my FB status, i can say i'm as panicked and insecure as you, getting old he3. but on second thought, what to worry about? our age are still the best years, although the aging is getting close. maka nikmatilah selagi bisa, liat sisi baiknya. *deeuu jd ceramah... :D

    iya, beda kelas itu hes, wlpun kita sama2 suka baca buku, mgkn bung HP baca 1000 buku lbh bnyk dari kita, makanya editorialnya jg beda :p

    ReplyDelete
  11. Ternyata ada postingan ini, hehehee ....

    -M-

    ReplyDelete
  12. makanya elo disuruh update blog. kalo blog adalah jurnal ilmiah (haiiyyah...), harusnya elo bales :p

    ReplyDelete