Saturday, August 16, 2008

Teringat Thomas dan Uber...

Mungkin agak telat untuk membahas kejuaraan Thomas dan Uber yang diselenggarakan beberapa bulan yang lalu, tapi tadi pagi saya membaca sebuah headline di koran "Markis/Hendra ke Final (Olimpiade Beijing)", dan tiba-tiba teringat bahwa dulu saya sudah ada rancangan tulisan di kepala tentang pertandingan Thomas/Uber, tapi berhubung tidak sempat menulis dan lama-lama jadi outdated, saya lupakan saja.

Waktu itu Tim Uber Indonesia kalah dari Cina di final, sedangkan Tim Thomas kalah dari Korea Selatan di semifinal. Kesimpulan saya dari dua hasil ini adalah: keduanya sama-sama hasil yang tidak diharapkan!

Yaitu tidak diharapkan kalau Tim Uber melaju ke final, dan tidak diharapkan Tim Thomas terhenti di semifinal.

Jadi, Tim Uber Indonesia bahkan tidak diharapkan bakal mengalahkan Jepang di pertandingan awal, tapi kenyataan berbicara lain. Tunggal putri no 1 Indonesia yaitu Maria Kristin hanya ada di peringkat 19 dunia, sedangkan peringkat 1 ganda putri Vita Marissa/Lilyana Natsir ada di ranking 9 dunia. Apalagi teman-temannya dong, peringkat 34 lah, 48 lah, dll.

Dan ternyata setelah melewati Jepang Tim Uber Indonesia mengalahkan lawan-lawan berikutnya dengan cukup mudah, dengan penampilan terbaik (versi saya tentunya) di semifinal melawan Denmark. Yaah kalau dilihat ranking pemain-pemain Denmark, memang tidak sebanding dengan Indonesia. Dan lagi mainnya huebat! Susi bahkan menyimpan Vita/Lilyana dan hanya memasang Jo Novita/Gresya Polii yang di ranking ke 30-sekian dunia dan menang! (well, lawannya sih peringkat 70-sekian gitu hehehe tapi tetep keren lah maennya euy).

Nah, mungkin, setelah melihat kemenangan Tim Uber yang "agak mudah" di semifinal, Tim Thomas yang akan menghadapi Korea Selatan di semifinal keesokan harinya berpikir "HARUSNYA sih menang". Padahal menurut saya kunci kemenangan Tim Uber bukan mindset HARUSNYA-sih-menang, tapi HARUS-maen-bagus.

Dan jujur saja, saya sebagai penonton yang melihat kejayaan Tim Uber langsung di Istora juga terbuai dengan pikiran itu. Kalau kamu cukup sering menonton kejuaraan Thomas, kamu juga bakal tau kalau lawan selain Cina dan Denmark sama dengan lawan mudah. Sebenarnya sih pemain Korea tidak jelek-jelek amat, tapi mereka tidak ada tradisi melaju ke final Thomas, dan menurut saya statistic does matter.

Dan begitulah saudara-saudara. Main dengan pikiran seperti itu, pemain Indonesia malah berhadapan dengan tim Korea yang ternyata bermain sangat bagus. Sony Dwi Kuncoro yang turun pertama tampak kaget, dan berusaha bermain bagus, tapi malah agak maksa (HARUSNYA-sih-menang), dan akhirnya kalah. Setelah itu giliran Markis Kido dan Hendra Setiawan. Memasuki lapangan sebagai ganda putra terbaik dunia (yang baru diumumkan sehari sebelumnya, damn... IBF tidak tahukah, orang Indonesia gampang gede kepala gitu looh..), tentu saja pikiran HARUSNYA-sih-menang mengisi kepala Markis/Hendra, apalagi kepala saya. Daaan ternyataaaa....kalah jugaaa!!:(

Pertandingan berikutnya tidak perlu dibahas. Wajah Taufik Hidayat yang menangis muncul di TV-TV. Saya tidak peduli. Bagi saya yang salah adalah Markis/Hendra. Ranking 1. Siapa yang tidak berharap?! Huhuhu...

Singkat kata, memang penampilan Tim Thomas dan Uber unexpected. It's fantastic ladies! For you, gentlemen, only because I was "gede kepala" too that I forgave you. Waktu membaca headline tadi pagi, harapan saya tumbuh lagi. Dan waktu saya sedang menulis ini, muncul berita di detik bahwa Markis Kido dan Hendra Setiawan memenangkan medali emas! Tuh kan, kalian memang nomor 1!

Sekarang tinggal menunggu "calon emas" berikutnya. Nova Widianto dan Lilyana Natsir, ganda campuran peringkat 1 dunia, juga akan bertanding di final besok. Ups, jangan gede kepala ya! Ayo rebut emaaaasss!!

No comments:

Post a Comment