Sunday, October 16, 2011

Saya bisa bahasa… I speak… Je parle…

“Le francais? C’est facile! C’est interessant!” adalah mantra yang ditanamkan salah seorang professeure pada awal kursus. Tapi memasuki bulan keempat kursus yang berjadwal enam jam per hari lima hari per minggu, mantra itu mulai melemah sihirnya.

Masalahnya, berbahasa asing bukan cuma soal mengganti kata-kata dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa lain. Belajar bahasa asing juga berarti mengubah proses pemikiran (thought process) yang mencakup pembiasaan, otomatisasi, dan pengetahuan tentang kultur kelompok penutur bahasa bersangkutan. Bahkan ada dugaan kalau bahasa dapat mempengaruhi pola dan proses pemikiran.

Photo0154Saya sendiri sudah lupa bagaimana tepatnya perbandingan proses pemikiran antara dua bahasa. Yang jelas, ketika mempelajari bahasa hingga tahap pendalaman, kita akan dituntut untuk berpikir seperti pola pikir bahasa tersebut, atau pola pikir yang digunakan oleh si penutur bahasa. Misalnya, sewaktu mendalami bahasa Inggris, saya dituntut untuk selalu berpikir linear dan mengikuti tata bahasa yang kaku, di mana sebuah kalimat harus jelas mempunyai subjek, predikat, dan objek. Juga diusahakan untuk menghindari kalimat pasif, kalau gak perlu-perlu amat. Hal ini berlawanan dengan bahasa Indonesia yang sama sekali gak linear, dan tidak bermasalah dengan kalimat pasif. Contoh, kalau ada kalimat bahasa Indonesia seperti ini:

Pemerintah menganjurkan bagi penduduk di pinggir sungai untuk hidup bersih.

Maka biasanya Englishnya diterjemahin begini:

The government encourages the riverside residents to adopt healthy habits.

Strukturnya sama, ada subjek predikat objek. Tapi bahasa Inggris nggak berlu kata bagi, karena objek yang dituju pastilah yang setelah kata kerja encourage. Dalam bahasa Indonesia pun, kalimat itu akan baik-baik saja tanpa bagi, tapi toh kebanyakan orang tetap memakai bagi. Tanya kenapa???

Saya ganti hidup bersih dengan adopt healthy habits karena dalam bahasa Indonesia, hidup bersih yang bisa bermakna luas itu cukup jelas jika berkaitan dengan konteks, bahwa masyarakat pinggir sungai gak biasa hidup bersih, maka dianjurkanlah hidup bersih; sedangkan bahasa Inggris seringkali perlu kata kerja yang lebih spesifik seperti adopt untuk menjelaskan bahwa tradisi hidup bersih yang tadinya tidak ada itu harus segera dimulai (adopt).

Photo0157Maapkeun kesotoyan saya :D Tapi saya punya alasan untuk mengulas begini. Terbukti dari seringnya digunakan kata kerja berbeda untuk ungkapan yang sama. Misalnya seperti judul di atas. Saya bisa bahasa Indonesia. Tapi I speak English atau Je parle francaise. Kenapa bukan Saya berbicara bahasa Indonesia atau I can speak English atau Je peux parler francais? Karena dengan menggunakan bisa untuk bahasa Indonesia sudah pasti maksudnya bisa berbicara. Karena dengan menggunakan speak dan parler ya berarti udah can speak dan peux parler dong. Jadi siapa yang bego yaa.

Jadi jangan heran kalo dalam belajar bahasa selalu dituntut untuk berpikir dalam bahasa tersebut, bukan berpikir dalam bahasa Indonesia lalu menerjemahkan kata per kata. Cara ini bakal bermanfaat buat mengatasi masalah-masalah yang paling nyebelin, paling menantang, dan paling aneh dari belajar bahasa semacam ini:

  • Kata-kata yang gak ada padanannya. Contohnya; memang. Apa coba bahasa Inggrisnya memang? Yang bisa dilakukan cuma menekankan ayunan pada verbanya. He iiisss intelligent. She iiisss smart. Bahasa Inggris yang kaku dan linear itu bisa hidup tanpa memang. Sebaliknya, bahasa Indonesia gak punya kata-kata spesifik seperti commute dan procrastinate. Tampaknya bahasa Indonesia kaya dengan kata-kata penghubung dan kata sambung seperti memang, tapi belum mempunyai kata kerja yang cukup detail, sehingga harus menjelaskan dalam beberapa kata untuk mengartikan commute: perjalanan panjang yang biasa ditempuh dari rumah ke tempat kerja; dan procrastinate: kebiasaan menunda pekerjaan hingga kepepet deadline.
  • Ngomong-ngomong soal kata yang detail, hal inilah yang bikin belajar bahasa asing itu susah. Banyak vocabulary baru, yang sebenarnya dalam bahasa ibu artinya sama aja. Misalnya gini, dalam bahasa Indonesia, khianat itu rata-rata berfungsi buat berbagai bentuk pengkhianatan. Pengkhianat cinta, pengkhianat kelompok, pengkhianat negara, dll. Dalam bahasa Inggris, ada yang namanya infidel, traitor, betrayal, treason, bahkan mutiny (yang lebih tepat berarti pembelot, tapi toh tetap pengkhianat). Tapi bahasa Inggris pun hanya punya satu kata untuk berbagai kata bahasa Indonesia. Contohnya take, yang bisa berarti membawa, menjinjing, memakai, mengambil, menyiapkan. Atau hold; memegang, memeluk, menahan, mengadakan, dll. Sama seperti kata faire (do) dan prendre (take) dalam bahasa Perancis. Nah, bagi pebahasa Indonesia, selamat deh, harus bisa memilah, kapan mau mengambil, mempunyai, dan melakukan; mengambil mandi (take a bath), mengambil sarapan (prendre le petit dejeuner), mempunyai makan siang (have lunch), atau melakukan belanja (faire du shopping).
  • Konsep dan struktur baru. Contoh paling jelas; tenses. Mau di masa lalu kek, atau di masa depan, buat apa verbanya berubah-ubah gitu? Jelas-jelas ngerepotin. Dalam bahasa Perancis, konsep baru buat saya adalah pronominal. Jadi, untuk kata kerja yang dilakukan pada diri sendiri, ditambah se di depan verbanya. Semacam self-… dalam bahasa Inggris. Se coucher (tidur), se doucher (mandi shower), s’assoir (duduk), dan se promener (jalan-jalan). Maigad. Ya iyalah, semua orang juga tau kalo kegiatan-kegiatan itu dilakuin sendiri; mandi sendiri, tidur sendiri, mendudukkan diri sendiri, dan menjalan-jalankan badan sendiri. Kalo ngelakuin ke objek lain, tinggal tambah objeknya bukan, seperti ngajak anjing jalan-jalan: promener le chien. Gitu aja repot.

    Ada juga konsep dalam bahasa Prancis yang gak ada di bahasa Indonesia maupun Inggris yaitu manquer. Tau kan, pasti sering denger tu me manque, yang artinya saya kangen kamu atau I miss you. Bahasa Inggris dan Indonesia mempunyai tatanan yang sama dalam konsep ini; subjeknya “saya” atau “I”, kata kerja “kangen” atau “miss”, dan objek penderita “kamu” atau “you”. Tapi Prancis sama sekali lain; subjeknya “tu” atau “kamu”, dan objeknya “me” atau “saya”. Trus bagaimana mungkin artinya adalah “saya kangen kamu”, padahal di kalimat ini kamu adalah subjek dan saya adalah objek penderita?

    Salahkan kata kerja manquer. Secara harafiah, arti manquer di sini adalah “membuat kehilangan”. Jadi dalam kalimat tu me manque, arti harafiahnya adalah kamu membuatku kehilangan. Alias saya kangen kamu.

Juga dianjurkan untuk mendalami arti kata secara konseptual, bukan hanya menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa lain. Masalahnya ada beberapa kata yang mempunyai beberapa arti, seperti tahu (know, tofu), crane (bangau, derek). Setelah ngeliat kamus Indonesia-Inggris untuk ngeliat bahasa Inggrisnya tahu, ada baiknya ngecek kamus Inggris-Indonesia untuk mastiin mau pake tahu yang mana; know atau tofu. Kalo enggak, bisa fatal. Maksud hati mau bilang semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan gratis, tapi malah jadi all children have the heels for free education =[

3 comments:

  1. Ouch...ouch...gurunya siapa sih...Btw, i love your profile pic. You look so stunning :D

    ReplyDelete
  2. wow, you learn english fast by flirting :D

    ReplyDelete
  3. Hahahahaha...you teach me kan... :D

    ReplyDelete