Sunday, December 4, 2011

Beckham, Before Sunrise, dan Dunia Pra-Internet

Apa hubungan David Beckham dengan film Before Sunrise? Keduanya sama-sama jaya pada akhir tahun 1990-an. Mengingatkan saya akan romantisme dunia yang belum begitu terintegrasi secara global seperti sekarang.

Jadi ceritanya begini, di film Before Sunrise, bertemulah dua anak manusia, Jesse dari Amerika dan Celine dari Prancis. Mereka bertemu di kereta, turun di Vienna, dan menghabiskan malam yang romantis di sana, salah satu kota tercantik di Eropa. Cinta pada pandangan pertama, ceritanya. Film ini isinya cuma ngeliatain mereka ngobrol sambil berjalan di jalanan Vienna. Kalau kalian suka film komedi romantis yang mana antiklimaksnya adalah adegan seseorang berlari-lari di airport mengejar pujaan hatinya, dan ternyata, surprise! si pujaan hati sudah turun pesawat duluan dan memilih tidak jadi berangkat demi cintanya, maka bukan film ini tempatnya. Kekuatan film ini adalah obrolan yang witty dan komentar-komentar cerdas tentang tempat-tempat indah di Vienna. Obrolan inilah yang bikin penonton terbuai mimpi akan bertemu cowok/cewek idaman yang kebetulan nyambung banget ngobrolnya padahal baru kenal!

Di bagian akhir ketika harus berpisah, mereka janjian untuk ketemu lagi beberapa bulan kemudian di Vienna. Tapi mereka memutuskan untuk tidak saling bertukar alamat dan nomor telepon, karena takut kontak jarak jauh tidak akan seindah malam mereka di Vienna dan akhirnya hanya menjadi kewajiban basa-basi dan pada akhirnya rusaklah kenangan malam indah itu.

Begitulah akhir film itu. Tapi si sutradara rupanya terlalu terpesona dengan film ini. Begitupun kedua aktor, sehingga mau saja membuat sekuelnya; Before Sunset. Tindakan yang dianggap bodoh karena sekuel hanya milik film-film box office, sedangkan yang kenal film Before Sunrise hanya segelintir orang (saya pun baru menonton keduanya di tahun 2006, sebelas tahun setelah film pertama, dan dua tahun setelah film sekuelnya). Di film kedua ini, ceritanya mereka ketemu lagi 9 tahun kemudian, di mana Jesse sudah menjadi penulis dan sedang menghadiri pembacaan bukunya di Paris. Ia bisa sampai di Paris karena selain buku itu cukup laris, isinya bercerita tentang “semalam yang indah di Vienna bersama seorang cewek Prancis.” Setelah acara, ia mengobrol dan berjalan lagi dengan Celine (adegan yang sama seperti film Before Sunrise, bedanya kali ini di Paris). Di situ terkuak cerita bahwa 9 tahun lalu, Celine batal ke Vienna karena neneknya meninggal di minggu yang sama mereka janjian, dan karena ia tidak bisa menghubungi Jesse, Jesse yang termangu sendirian di Vienna berusaha meyakinkan hatinya bahwa Celine pastilah punya alasan yang bagus untuk itu.

Kemudian muncullah pengakuan mengejutkan Jesse: “You want to know why I wrote that stupid book? So that you might come to a reading in Paris and I could walk up to you and ask, “Where the fuck were you? I’m serious. I think I wrote it, in a way, to try to find you.”

Alangkah romantisnya dunia sebelum ada ponsel dan internet. Berpisah dengan seseorang tanpa memberinya alamat dan nomor telepon, berarti sangat kecil kemungkinannya bertemu lagi. Untuk menemukannya, kita harus menulis buku tentang si orang bersangkutan, yang harus cukup terkenal sehingga si orang tersebut juga baca dan kalau ada acara pembacaan buku di kota orang tersebut, akan ada pengumumannya di media sehingga dia akan datang. Tindakan yang gak praktis di masa sekarang karena begitu jatuh cinta pada seseorang, kita akan segera mencari namanya di Google.

Ini cuma contoh di film tentu saja. Di dunia nyata, lebih parah lagi. Angkatan saya, yang lahir di awal tahun 80-an, mungkin adalah generasi terakhir yang merasakan dunia tanpa ponsel dan internet di masa remaja. Masa remaja yang baru-baru ini keingat lagi gara-gara kunjungan idola wanita dan penonton bola sejagat, David Beckham, ke Jakarta.

Alkisah, dahulu kala waktu saya masih SMA, saya punya dua sahabat dekat kat kat. Entah siapa yang memulai, tau-tau kami bertiga hobi banget nonton bola, sampai kami bertiga didaulat jadi hanya tiga anggota cewek di ekskul sepakbola. Kami gak main bola, tentu saja. Klubnya belum terlalu canggih untuk memfasilitasi sepakbola perempuan. Tapi kami bertanggung jawab di bagian administrasi; bikin jadwal pertandingan antar kelas, megang duit, dsb, yang mungkin juga tidak seberapa. Peduli amat, bagi kami itu sudah pengakuan bahwa kami adalah pencinta sepakbola sejati dan nonton bukan buat ngecengin pemain saja.

Tapi kalo dilihat idola masing-masing, emang kagak ada yang jelek sih. Hesty mengidolakan Beckham. Seantero sekolah juga tau. Rika ngefans sama Maldini (seleranya yang tua-tua gitu hahaha). Saya? Inzaghi. Gak terhitung kerasnya usaha saya menangkis berjuta ledekan tentang offside. Tapi itu pun juga gak kalah dengan hobi kami ngumpulin pernak-pernik sang idola, berikut tim kesayangan. Sebagian besar sih cuma poster, yang didapat dari tabloid atau majalah. Ini pun sudah ada spesialisasinya. Hesty selalu beli tabloid Bola. Saya beli majalah Liga Italia, kalo gak salah. Karena saya emang gak tertarik amat nonton liga-liga yang lain. Orang tua kami jelas sudah misuh-misuh, kenapa kamar anak gadisnya penuh dengan poster pemain bola.

Pada suatu hari, datanglah ulang tahun Rika. Hesty punya usul, ngadoin foto asli Maldini. Foto asli? Hihihih. Maklumlah cuuyy, dulu gambar-gambar idola kan cuma ada di poster dan majalah atau koran. Kalau seseorang punya foto asli idolanya, itu berarti dia udah pernah ketemu langsung, atau bapaknya orang kaya, bisa minta foto ke manajernya. Jadi gimana caranya ngedapetin foto Maldini? Hesty pernah baca di surat pembaca Bola, bagi penggemar yang minta foto asli pemain-pemain yang pernah dimuat di Bola, tinggal kirim surat ke redaksi dan bayar sejumlah uang yang gak seberapa, lalu mereka akan mengirim foto aslinya. Dan begitulah, Rika surprise bukan kepalang dan langsung ngasih unjuk foto itu ke semua orang di rumahnya. Hihihih lutunaaa :D

Waktu ulang tahun Hesty, saya dan Rika kehabisan ide kado dan memutuskan untuk balas jasa saja (dasar gak kreatip). Jadi kami putuskan untuk membeli salah satu foto Beckham ke Bola. Susahnya mengidolakan atlet, harus nyari foto ketika mereka lagi diam biar keliatan gantengnya. Dan pilihan kami jatuh pada Beckham yang lagi berlutut mau berdiri. Tapi kami lagi sial. Dalam foto asli Beckham yang ganteng itu ternyata dia enggak sendiri, ada sebagian badan pemain lain, yang berarti ketika dipajang di Bola, tu foto udah digunting duluan. Waduh. Kalo digunting, fotonya jadi lebih kecil dong. Maka terpaksalah kami serahkan foto itu ke Hesty sebagaimana adanya. Biar dia yang mutusin, fotonya mau digunting apa enggak.

Soal gunting-menggunting ini gak akan bermasalah di dunia digital dan internet. Ohya maap, di dunia digital itu namanya nge-crop. Tapi kalo dipikir-pikir, kalo dulu udah ada internet, nggak mungkin juga ngadoin foto asli idola. Kan bisa diunduh dan dicetak di mana-mana.

Maka ketika Beckham sampai di Jakarta, ia sudah terlalu tua untuk menarik pencinta sepakbola, termasuk (mantan) fans beratnya seperti Hesty yang sedang sibuk-sibuknya meniti karir menjadi dokter spesialis yang menjanjikan. Dia gak punya waktu lagi untuk menonton idolanya di GBK, bahkan udah gak semangat buat ngusahain datang.

Saya cukup miris juga. Mengingat sepak terjang kami dulu tanpa bantuan internet. Tapi toh kalo dipikir-pikir, saya pun belum tentu akan bela-belain nonton Inzaghi kalo dia ke sini. Semoga bukan karena internet, yang telah menghilangkan romantisme korespondensi dan komunikasi “berbatas ruang dan waktu.” Romantisnya hidup tanpa mengoleksi foto idola dan videonya ketika lagi beraksi. Romantisnya mencari seseorang yang sudah lama hilang kontak, walaupun ketemunya harus bertahun-tahun kemudian, tanpa bantuan jejaring sosial dan mesin pencari. 

8 comments:

  1. tahukah alia. aku adalah salah satu penggemar beckham yang fanatik waktu jaman smp. hahaha, sampe kepikiran nulis surat sama dia ke inggris. romantis kan gw? hahaha..belum kesampean ngirim, udah patah hati ketika tahu dia kencan sama si victoria.

    ReplyDelete
  2. huwaaa ikaa ternyata hihihih eh teman gw si hesty itu juga mulai berhenti ngefans sama beckham gara2 dia kencan sama victoria :D

    ReplyDelete
  3. Hihihihihihi...dan Beckham kehilangan fans cantiknya (baca: Ika) hanya karena dia hilap kencan ama Victoria...

    Dear Beckhan, kamu belum melihat dunia pada kedua bola mata ika...dijamin Posh Vic kaga ada apah-apahnya dah :D

    ReplyDelete
  4. kayanya beckham emang seleranya humble (baca: payah). dia pun ngaku kalo victoria gak ada apa2nya tanpa make-up. nah mungkin gara2 ini fansnya pada lari; seleranya begitu hihih

    ReplyDelete
  5. halo alia! :) before sunrise & before sunset memang keren abis..jesse & celine pasangan yang sangat serasi ya. walaupun mereka ga berjodoh, setidaknya mereka punya kenangan indah buat dikenang seumur hidup :)

    ReplyDelete
  6. wanda; betul, pasangan yg nyambung banget lah. btw apa kabar ibu muda? sudah lama gak beredar nih :D

    ReplyDelete
  7. kok komenku ga keluar ya jeng?
    kalo diriku sukanya ama luis figo..atau pemain2 dari balkan tapi ga pernah pajang poster di kamarku :)

    ReplyDelete
  8. iya hes diriku juga heran. di email ada, tapi kok di sini gak ada. wah gw malah gak tau pemain2 dari balkan hes :p

    ReplyDelete