Wednesday, February 9, 2011

Forgiveness

Kalau baca cerita-cerita berikut dalam keadaan baik-baik saja, kelihatannya sesuatu yang biasa. Tapi kalau baru saja disakiti orang, atau dalam keadaan marah, baca cerita di bawah ini rasanya bikin frustasi. Are those even possible?

Jadi, Nabi SAW memaafkan seorang wanita Yahudi yang meracuni makanannya yang mengakibatkan salah seorang temannya terbunuh.

Atau Nabi memaafkan Abu Sofyan, gembong kafir Quraisy yang sangat memusuhi Nabi dengan berbagai kekejaman yang telah dilakukan Abu Sofyan terhadap Nabi dan para Sahabat di sepanjang usia dawah Islam.

Ada lagi cerita Nabi menjadi orang pertama yang menjenguk seorang Quraisy yang selalu meludahinya, ketika yang bersangkutan jatuh sakit.

Mm.. yah, jadi itu sebabnya, cuma segelintir orang yang bisa jadi nabi.

Jangankan meniru sikap nabi, baca doa yang pantas pun jadi susah. Coba lihat kumpulan doa, ayat, dan sabda di bawah ini.

Rasul bersabda, “Kamu bersikap sabar kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim denganmu." (HR. Thabrani). Hm.. waktu hati sedang damai sih saya percaya bisa ngelakuin hal-hal ini.

Atau yang ini: “Apabila pada hari ini atau sebelumnya, mereka yang lain telah berbuat salah pada saya; lewat jasmani, perkataan atau pikiran, besar ataupun kecil, dengki ataupun kurang bijaksana; sekarang saya dengan ini didepan Sang Buddha dengan tulus memaafkan mereka dan menghapus dendam ini.” Membaca kalimat ini bikin saya ngos-ngosan. C’mon!

Lanjutannya: “Saya memaafkan, karena mengingat betapa seringnya saya juga berbuat salah. Saya memaafkan, karena menyadari betapa saya selalu membela diri, padahal mengharapkan maaf atas kesalahan sendiri.” Yang ini agak menohok memang, tapi bagian “memaafkan”nya itu masih sulit buat diterapkan.

Dan lagi: “Saya memaafkan, karena mengetahui bahwa keinginan membalas hanya akan menyebabkan kekalutan dan kegoncangan hati.” Saya setuju sepenuhnya dengan kalimat ini. Tapi waktu emosi masih labil, pernyataan ini rasanya memang cuma cocok buat para nabi.

Atau pengalaman teman saya berdoa ketika baru disakiti, harusnya doanya seperti ini: ”Bapa di surga, ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang berasalah kepada kami” (Matius 6:12). Katanya sih, ketika hampir sampai bagian “seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”, kata-katanya seperti tersendat, dan pada akhirnya di-skip dulu hahaha.

Dan saya maklum banget. Dalam doa saya pun, walaupun bilang “Ya Allah, saya cuma pingin sembuh dan merelakan semuanya,” tapi dalam hati terselip kalimat “tapi jangan lupa pembalasan lebih parah buat mereka, ya Tuhan.” Duh, kacau. I’m not glad for that. Akhirnya saya minta ampun untuk kalimat selipan itu, dan mencoba fokus pada doa untuk diri saya saja. Karena bagaimanapun terdengar tidak masuk akalnya, memaafkan adalah obat paling mujarab untuk hati yang sakit. Pada akhirnya, gak ada yang akan tahan membawa dendam dan amarah kemana-mana sepanjang hidup.

===

*Tulisan ini juga didedikasikan untuk kerukunan umat beragama di Indonesia. Bukankah semua umat beragama mendoakan hal yang sama? Perdamaian, ketentraman, kebahagiaan, dan memaafkan? Melenyapkan beberapa nyawa, berarti melenyapkan juga beberapa sumber doa, yang walaupun datang dari kelompok berbeda, tetap bermakna sama.

4 comments:

  1. Untuk bagian yang doa Bapa Kami di Surga...komentar saya hanya...been ther done that hihihihihihi...

    Anyway...salam damai buat kita semua...damai di hati dan di bumi :D

    PS: Ayo pindah ke Jakarta biar kita bisa ketawa-ketawa lagi ampe malam *bedanya tipis antara merajuk dan memaksa hehehehehe*

    ReplyDelete
  2. eits, merajuk. gak kebayang, setelah cerita-cerita gila dan ketawa sampe sakit perut. i'll find excuses to have such a great time, ok.

    and peace be upon us :)

    ReplyDelete
  3. org2 puritan sering melihat dunia dari kacamata hitam-putih; we-they. Mereka melihat negara sekular tdk mampu mengakomodasi pandangan hidup mereka.

    aku sendiri pernah bergaul dg org2 semacam itu. Banyak hal yg rancu dlm cara pandang mereka. Tapi itulah, mereka adalah produk sebuah sejarah panjang. Pertanyaan yg relevan adl “What went wrong?” with Islamic history,
    with its relationship with itself, and with the modern world?

    btw, congratulation, girl..

    ReplyDelete
  4. Been there, done that :D

    Sudah waktunya berbuat untuk diri sendiri, sebelum kita lupa rasanya kebahagiaan :)

    ReplyDelete