Thursday, September 20, 2012

Mainstream Poet

Walaupun sering mengklaim diri sebagai penikmat musik yang berselera tinggi, kebalikannya dengan puisi. Saya gak tau banyak tentang puisi. Sebenarnya sih udah terlihat jelas dari lagu-lagu yang saya suka, lebih karena musik instrumennya, bukan lirik. Ah saya udah pernah bilang begini bukan. Suka musik tapi gak ngeh sama liriknya. Puisi yang saya suka adalah yang mainstream. Puisi sejuta umat yang dikenal siapa saja, yaitu Aku Ingin-nya Sapardi Djoko Damono. Penggemar puisi tingkat tinggi akan memilih puisi SDD yang lain karena lebih elit. Apa boleh buat. Untuk urusan puisi, saya memang tidak hip. Denger puisi mainstream aja udah mewek. Puisi yang, kalo saya kutip di sini, akan menurunkan level postingan saya dalam jajaran posting-posting cupu yang sekedar ngutip puisi atau lirik lagu.

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Ah, mahakarya hebat memang pantas mengabadi sebagai idola sejuta umat dan melumerkan keangkuhan snob.

3 comments:

  1. Aliaaaa, kemana aja dirimu!!? Ini kok muncul ngutipnya Sapardi sih. Maistream sekali. Ironis. :)

    ReplyDelete
  2. hahahahaa lebih baik mainstream daripada tidak posting sama sekali. mentang2 ahli puisi lo ah =[

    ReplyDelete
  3. tidak seperti penyair lain, beliau emang seleb, Al. Tidak hanya disanjung setinggi langit oleh minoritas penyuka puisi, tapi lebih dari itu, beberapa puisi Sapardi jadi konsumsi budaya pop. Jadi bukan mainstream, sih. Coba lebih banyak baca antologi Sapardi. Begitu liris, begitu imajis. Maestro ! Seakan-akan ditulis oleh anak kecil. Atau seakan-akan kita yang membacanya dibangkitkan imajinasi kebocahannya.
    Tapi, seperti Kuntowijoyo yang cuman piawai nulis cerpen, Sapardi cuman piawai nulis puisi. Cuman bukan kata yang tepat sebenarnya :)

    ReplyDelete